Desa Wogowela
Kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada
Meriah dan Penuh Kreativitas: Lomba Masakan Non Beras dan Lawar Ikan Semarakkan HUT RI ke-80 di Desa Wogowela
Wogowela, 16 Agustus 2025 – Suasana lapangan Desa Wogowela pada perayaan menyongsong HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia terasa begitu berbeda. Selain pertandingan olahraga yang memicu adrenalin, masyarakat desa juga dimeriahkan dengan perlombaan kuliner yang unik, sehat, dan penuh kreativitas. Dua lomba utama yang menjadi sorotan adalah Lomba Masakan Non Beras yang diikuti ibu-ibu perwakilan dari masing-masing RT, serta Lomba Lawar Ikan yang pesertanya bapak-bapak perwakilan dari setiap dusun.
Kegiatan ini tidak hanya sekadar perlombaan, melainkan juga sebuah ajang untuk memperkenalkan kearifan lokal, memanfaatkan hasil pekarangan, serta menumbuhkan kebanggaan terhadap warisan kuliner tradisional masyarakat Desa Wogowela.
Lomba Masakan Non Beras: Murah, Meriah, dan Bergizi
Peserta lomba masakan non beras adalah ibu-ibu yang menjadi tulang punggung rumah tangga. Setiap RT, mulai dari RT 01 hingga RT 07, mengutus tiga orang wakil untuk berkompetisi. Tema lomba tahun ini adalah “Menu Murah Meriah dan Bergizi dari Ubi-ubian Pekarangan Rumah”.
Sejak pagi, aroma harum berbagai masakan sudah tercium dari meja lomba. Para ibu dengan penuh semangat menampilkan olahan kreatif berbahan dasar ubi jalar, singkong, talas, maupun gembili yang dipetik dari pekarangan rumah masing-masing. Ada yang menyajikan singkong goreng berbumbu rempah, talas kukus santan, ubi jalar panggang dengan sambal tomat, hingga inovasi modern seperti puding ubi ungu dan donat singkong.
Juri lomba yang terdiri dari perwakilan PKK, aparat desa, dan tokoh masyarakat tampak serius mencicipi setiap hidangan. Penilaian tidak hanya berdasarkan rasa, tetapi juga kreativitas, tampilan penyajian, serta nilai gizi yang terkandung di dalamnya.
Kepala Desa Wogowela dalam sambutannya menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai bagian dari kampanye makan bergizi.
“Kita ingin menekankan kepada masyarakat bahwa makanan sehat dan bergizi tidak selalu mahal. Dengan memanfaatkan hasil pekarangan seperti ubi-ubian, kita bisa menyediakan menu yang murah meriah, bergizi, sekaligus mendukung program Makan Siang Bergizi Gratis yang saat ini dicanangkan pemerintah,” ujarnya.
Antusiasme warga terlihat jelas, baik dari peserta maupun penonton yang berbondong-bondong datang untuk menyaksikan kreativitas ibu-ibu. Sorak sorai penonton semakin meriah ketika juri mengumumkan pemenang, meski sejatinya semua hidangan yang disajikan dianggap sebagai pemenang dalam upaya menjaga ketahanan pangan keluarga.
Lomba Lawar Ikan: Kuliner Khas Pesisir Selatan
Tidak kalah menarik adalah Lomba Lawar Ikan yang melibatkan bapak-bapak perwakilan dari setiap dusun. Masing-masing dusun – Watugaba, Watumubu, dan Keli – mengutus tiga orang wakil. Lawar ikan dipilih karena merupakan salah satu kuliner khas masyarakat pesisir pantai selatan, yang sudah menjadi identitas budaya kuliner bagi warga Desa Wogowela.
Berbeda dengan lomba masakan non beras yang cenderung penuh kreativitas penyajian modern, lomba lawar ikan mengedepankan keaslian, kesegaran, dan cita rasa tradisional. Ikan yang diolah merupakan hasil tangkapan segar para peserta sendiri, baik dengan cara memancing di laut lepas.
Di atas meja lomba, peserta mengolah ikan segar dengan bumbu khas yang terdiri dari kelapa parut, jeruk purut, cabai rawit, daun kemangi, serta aneka rempah tradisional. Tangan-tangan terampil para bapak tampak lihai meracik bahan, mencampur, dan menghidangkan lawar dengan penuh kebanggaan.
Sorak sorai penonton semakin ramai saat proses penilaian dilakukan. Aroma khas lawar ikan yang segar berpadu rempah membuat suasana lomba terasa semakin menggugah selera. Para juri menilai berdasarkan keseimbangan rasa, kebersihan pengolahan, serta kemampuan peserta mempertahankan autentisitas kuliner tradisional.
Bagi masyarakat Desa Wogowela, lomba ini bukan sekadar kompetisi, melainkan juga bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur yang diwariskan turun-temurun. Lawar ikan tidak hanya dipandang sebagai makanan, tetapi juga simbol kebersamaan, kebersahajaan, dan hubungan erat masyarakat dengan laut.
Antusiasme Warga dan Makna di Balik Perlombaan
Suasana kedua lomba tersebut dipenuhi keceriaan. Anak-anak berlarian sambil bersorak mendukung orang tua mereka, sementara kaum muda ikut menyemangati perwakilan RT dan dusun masing-masing. Tidak ada sekat, semua warga tumpah ruah dalam semangat kebersamaan.
Panitia penyelenggara menilai lomba kuliner ini berhasil menambah warna dalam rangkaian perayaan HUT RI di Desa Wogowela. Selain memupuk persaingan sehat, kegiatan ini juga mempererat solidaritas antarwarga, menumbuhkan kreativitas dalam memanfaatkan bahan pangan lokal, sekaligus mengangkat kearifan tradisi kuliner desa.
Dalam penutupan acara, Kepala Desa kembali menegaskan bahwa perlombaan ini memiliki makna lebih dalam.
“Ibu-ibu hari ini sudah membuktikan bahwa dengan kreativitas, tanaman pekarangan bisa diolah menjadi makanan enak, sehat, dan bergizi. Bapak-bapak juga menunjukkan bahwa lawar ikan bukan hanya makanan khas, tetapi juga warisan budaya yang harus kita lestarikan. Semua ini adalah kekayaan kita bersama,” tegasnya.
Acara diakhiri dengan pembagian hadiah sederhana untuk para pemenang, diiringi tepuk tangan riuh warga yang hadir. Namun lebih dari sekadar hadiah, semangat kebersamaan dan kebanggaan terhadap potensi desa menjadi buah manis dari seluruh rangkaian kegiatan.
Momentum Kebersamaan
Perlombaan masakan non beras dan lawar ikan di Desa Wogowela membuktikan bahwa merayakan kemerdekaan tidak selalu harus dengan hura-hura. Dengan mengangkat potensi lokal, masyarakat bisa merayakan kemerdekaan dengan cara yang sederhana namun penuh makna.
Semarak HUT RI ke-80 di Desa Wogowela tahun ini tidak hanya meninggalkan kesan hiburan, tetapi juga pesan kuat tentang pentingnya ketahanan pangan, pelestarian budaya kuliner, dan semangat gotong royong yang menjadi jati diri bangsa.
#banggabangundesa



Salihin
28 September 2025 16:43:58
Terimakasih untuk informasinya ...